Diceritakan pd edisi yg
lalu, dlm kesedihannya wali paidi duduk tertidur & berminpi
melihat seluruh teman2nya membawa lampu petromak, tampak sinar yg
terang benderang dikamar masing2 santri krn lampu petromak yg mrk bawa,
sedang kamar wali paidi tidak bersinar, wali paidi menunduk, dia
merasa dirinya kotor & tdk berguna
" ya Allah aku pasrahkan diriku padamu, aku ridlo dg ketentuanmu kpdku...."
Lalu tiba2 ada sinar yg lebih terang keluar dr dalam kamar wali paidi,
sinar itu begitu terangnya sehingga sinar2 yg keluar dr kamar santri yg
lain seakan meredup, Wali paidi melihat tangan yg begitu halus
memegang lampu petromak keluar dr kamarnya, ketika berada dihadapannya
wali paidi mendongak ke atas, wali paidi begitu terharu melihat yg
membawa lampu tsb
" anta misbahus shuduri......ya Rasulullah....anta misbahus shuduri....." jerit wali paidi
Dilihatnya Rasulullah tersenyum kpdnya, seakan beliau berkata : ” kamu jgn bersedih hati, aku yg akan membimbingmu...."
Rasulullah
lalu duduk disamping wali paidi & mengangkat lampu petromak itu
tinggi2 sinar yg terpancar itu menyebar dg lembut menyinari seluruh
pondok, Wali paidi terbangun ktk adzan isya berkumandang, hati wali
paidi dipenuhi kebahagiaan, damai hatinya dirasakan menjalar keseluruh
tubuhnya, tubuhnya menjadi segar & ringan, masih terasa kesejukkan
senyum Rasulullah kpd dirinya
Keesokan
paginya wali paidi dipanggil kiai, setelah mandi & berpakaian rapi
wali paidi sowan ke kiai, dilihatnya kiai sdh menunggunya didepan
ndalem, didepannya ada meja bulat dr kayu jati, diatasnya Ada dua
csngkir kopi, & ada dua bungkus rokok gudang garam ijo & dji
sam soe, kiai mempersilahkan wali paidi duduk
" diminum kopinya ..." ucap kiai
" inggih..." jawab wali paidi
Kiai
lalu mengambil rokok gudang garamnya & menyalakannya, semenit
kemudian asap rokok & kopi mengepul disekeliling mereka
" itu dji sam soe rokokmu...dinyalakan aja.." perintah kiai
"inggih..." jawab wali paidi lalu menyalakan rokoknya
Terjadi
keheningan diantara mereka, kiai hny diam, sesekali beliau mengucapkan
kalimat tasbih, wali paidi hny menunduk. Lalu kiai berkata lagi kpd wali
paidi " aku sengaja bersikap keras kpdmu, spy kamu tdk bergantung
kpdku, aku pingin km lebih bergantung kpd Allah secara lansung, "
Kiai
menghisap rokoknya dalam2, lalu berkata lagi " Dan lagi, kelak
kedudukanmu itu akan lebih tinggi drpd kedudukanku, aku tdk
mengijinkanmu ikut belajar itu krn kamu lebih cocok mempelajari ilmu
hikmah, tp bukan aku yg mengajarkan hal itu, kelak gurumu dr
tulungagung yg mengajarkan hal itu kpdmu..."
Wali
paidi mengangguk, walau kiainya ini terang2an mengatakan klo
kedudukannya kelak akan lebih tinggi, dihadapan kiainya ini wali paidi
semakin hormat, hatinya diliputi ketawadu'an yg begitu kuat kpd kiainya
ini " mimpimu td malam jadikan kekuatan dlm hatimu..." ucap kiai
singkat
Wali paidi agak terkejut mendengar ucapan kiainya ini, ternyata kiai mengetahui mimpiku td malam bathin wali paidi
"
dan ciri orang ahli hikmah..." kiai berhenti, setelah menyeruput
kopinya kiai melanjutkan kata2nya lagi " hatinya tdk pernah lupa kpd
Allah, hatinya dipenuhi dg Allah, lantunan dzikir yg berputar2
didalamnya.." Kata kiai lalu berdiri mendekati wali paidi, kiai menaruh
tangannya didada wali paidi " penuhi hatimu dg Allah...." kata kiai
Bergemuruhlah hati wali paidi, hatinya berdzikir dg sendirinya.." Allah...Allah...Allah...." secara terus menerus
" Wis ...sekarang waktunya kamu bersih2 ndalem & pondok..." perintah kiai lalu masuk ke ndalem
Wali
paidi berdiri & beranjak dr ndalem menuju ke kamarnya mengambil
sapu lidi lalu mulai menyapu halaman pondok, & menata sandal para
santri yg berserakan didepan kamar, hati wali paidi terus berdzikir,
kadang suara sapunya ketika digerakkan ketanah berbunyi seakan ikut
berdzikir mengiringi dzikir wali paidi
Sejak
itu wali paidi begitu tekun & begitu tawaduk melayani pr santri,
sikap wali paidi yg begitu mengalah & manut saja ketika disuruh2
para santri menjadikannya banyak santri yg kurang ajar kepadanya
Suatu ketika Ada santri yg hafids ( hapal alqur'an ) menggoda wali
paidi dg sangat kelewatan, lalu tiba2 saja hapalannya hilang, santri yg
hafids ini bingung krn ujian kelulusannya sebentar lagi diujikan &
syarat kelulusannya adalah hrs hapal alquran 30 juz, peristiwa
hilangnya hapalan santri ini akhirnya dilaporkan kpd kiai
"
suruh dia minta maaf kpd paidi, & jangan diulangi lagi kekurang
ajaran kpd paidi, klo diulangi lagi bisa hilang hapalannya secara
permanen..." kata kiai.
Jawaban
kiai ini dilaporkan kpd santri yg hafids tsb, & dg menangis santri
ini minta maaf kpd wali paidi. Wali paidi kaget ketika Ada santri yg
menangis kpdnya & minta dimaafkan kesalahannya.
Wali paidi dg hormat berkata " salah nopo Gus, mboten wonten sing salah, ( salah apa Gus, tdk ada yg salah).."
Santri
ini tetap saja menangis dihadapan wali paidi, " inggih2 saya maafkan.."
kata wali paidi walau tdk mengerti apa permasalahan yg terjadi.
Dan
atas kehendak Allah hapalan santri tsb berangsur angsur kembali lagi,
memang benar kata Allah, barang siapa memusuhi waliku, Aku mengumumkan
perang dgnya, begitulah yg terjadi thdp santri yg hafids ini, Allah yg
tdk terima atas perlakuaannya thdp wali paidi, walau wali paidi merasa
biasa saja.
Sejak peristiwa itu
para santri tdk berani lg bersikap kurang ajar kpd wali paidi, malah
mrk menganggap wali paidi sekarang sebagai sesepuh pondok wakil kiai
didalam pondok. Wali paidi bersikap biasa saja, dia tiap pagi tetap
menyapu halaman pondok & menata sandal para santri, hatinya tetap
biasa saja tidak merasa hebat atau merasa rendah diri, baginya ketika
menyapu halaman pondok & menata sandal para santri itulah waktu ia
bercakapap cakap dg Allah.....
BERSAMBUNG Ke Eps 24
sumber :http://ekapitano.blogspot.co.id
Setelah mengunjungi Blog ini semoga menjadi sehat lahir batin, terbuka akal budi dan hatinya, murah rejeki, gampang jodoh dan Berjalan kepada Alloh dengan bimbingan ridho dan karunia Nya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mimpi 23 Romadhon 1442 H
Sore kisaran jam 10 malam aku berangkat tidur biasanya tengah malam ini karena, mbarep lagi kongkow-kongkow jadi area kekuasaanku di ambil ...
-
Beliau terlahir dari orang tua yang senag dan gemar beribadah, ayahandanya adalah seorang kyai dari para kyai, namun tak tenar dikalangan ...
-
Oleh Halim Ambiya Bunga melati di balkon itu tampak berubah warna daun-daunnya. Tak lagi hijau tua seperti biasanya. Bunga-bunganya mulai...
-
Tentang Penulis ANDI BOMBANG, sulung dari tiga bersaudara. Lahir di Magelang, 24 September 1970. Ayahnya Bugis, ibu...
No comments:
Post a Comment